Sinopsis Cerita Mahabrata
ALUR CERITA MAHABARATA
Mahabarata merupakan sumber utama dari cerita wayang purwa, selain Ramayana. Kisah ini berasal dari India Kuno yang menceritakan perang saudara besar-besaran antara dua cabang keturunan Raja Barata yang disebut keluarga Pandawa dan Kurawa. Berikut saya susun alur ceritanya, dengan nama-nama tokoh yang sudah di-Jawa-kan.
SUMPAH BISMA
Barata adalah raja adil dan bijaksana, serta tegas dalam memerintah negara. Namun sayang, keturunannya yang bernama Sentanu adalah raja yang kurang mempunyai pendirian. Istrinya bernama Gangga, bersedia dinikahi asalkan dituruti segala keinginannya. Sentanu setuju. Ternyata Gangga memiliki kebiasaan aneh. Setiap kali melahirkan, bayinya langsung ditenggelamkan di sungai. Hal ini berlangsung sampai tujuh kali dan Sentanu tidak berani mencegah. Akhirnya pada kelahiran kedelapan, Sentanu nekat melarang pembunuhan bayinya. Karena perjanjian telah dilanggar, Gangga pun meninggalkan Sentanu. Bayi kedelapan itu diberi nama Dewabrata.
Dewabrata tumbuh dewasa dan memiliki kecakapan melebihi Sentanu. Pada suatu hari Sentanu jatuh cinta kepada seorang tukang perahu cantik bernama Durgandini. Ternyata Durgandini bersedia dinikahi asalkan kelak keturunannya yang dijadikan raja Hastina. Sentanu bimbang karena sudah menunjuk Dewabrata sebagai ahli warisnya. Ia pun pulang dengan kecewa.
Dewabrata menyelidiki kenapa ayahnya selalu murung. Akhirnya ia berhasil menemukan Durgandini dan melamarnya untuk Sentanu. Durgandini mengajukan syarat supaya anak keturunannya yang menjadi raja Hastina. Dewabrata setuju dan bersumpah ia tidak akan menjadi raja, dan akan selalu setia kepada raja Hastina seumur hidup. Durgandini masih belum terima karena khawatir kelak anak keturunan Dewabrata akan menuntut hak. Maka, Dewabrata pun bersumpah seumur hidup tidak akan menikah. Sumpah ini sangat dahsyat sehingga sejak hari itu Dewabrata mendapat nama baru: Bisma, yang berarti dahsyat.
MENYAMBUNG DARAH BARATA
Sentanu lalu menikah dengan Durgandini. Dari perkawinan itu lahir Citranggada dan Citrawirya. Tapi Sentanu jatuh sakit dan meninggal karena merasa berdosa kepada Bisma. Citranggada kemudian menjadi raja Hastina. Tetapi ia mati muda karena gugur dalam peperangan melawan raja gandarwa yang juga bernama Citranggada.
Citrawirya menjadi raja tapi sakit-sakitan. Durgandini takut kalau Citrawirya juga meninggal sebelum punya anak. Maka, Bisma berangkat melamar tiga putri Kasi bernama Amba, Ambika, dan Ambalika untuk adik tirinya itu. Tapi Amba menolak menjadi istri Citrawirya dan ingin menjadi istri Bisma. Bisma menolak karena sudah bersumpah hidup membujang. Amba lalu pergi membawa dendam dan bertapa sampai mati.
Citrawirya menikahi Ambika dan Ambalika, tapi ia tetap saja meninggal sebelum kedua istrinya hamil. Durgandini menyesali keserakahannya dan meminta Bisma mencabut sumpah supaya bisa menjadi raja. Bisma menolak. Maka, Durgandini pun memanggil anak pertamanya yang bernama Wyasa untuk menyambung darah Barata. Dulu sebelum menikah dengan Sentanu, Durgandini pernah menderita penyakit amis dan disembuhkan oleh brahmana bernama Parasara. Mereka kemudian menikah dan lahirlah Wyasa.
Durgandini mengundang Wyasa untuk memberi restu kepada kedua janda Citrawirya agar mereka bisa mengandung. Wyasa baru saja bertapa lama sehingga keadaannya kotor dan jelek. Ia ingin mandi dulu sebelum menemui kedua janda. Tapi Durgandini tidak sabar dan memaksa Wyasa langsung berangkat saja. Wyasa pun menemui Ambika dan memberikan restunya. Ambika ketakutan melihat Wyasa dan memejamkan mata. Maka, kelak ia akan mempunyai anak buta. Wyasa kemudian menemui Ambalika dan memberikan restunya. Ambalika ketakutan sampai pucat. Maka, kelak ia akan memiliki anak yang berwajah pucat. Durgandini masih belum puas dan ingin Wyasa memberikan restu lagi. Ambalika yang masih ketakutan menyodorkan pelayannya. Si pelayan ini pun mendapat restu pula dari Wyasa.
Maka, kedua janda Citrawirya pun bisa mengandung meskipun sang suami sudah meninggal. Ambika melahirkan Dretarastra yang buta, Ambalika melahirkan Pandu yang pucat, dan si pelayan melahirkan Widura. Ketiganya kemudian dididik oleh Bisma. Dalam ilmu kenegaraan, Widura paling berbakat. Ia mengusulkan kepada Durgandini supaya Pandu yang diangkat sebagai raja Hastina, karena Dretarastra terlahir buta meskipun paling tua. Durgandini setuju. Maka Pandu pun diangkat menjadi raja, membuat Dretarastra agak kecewa.
KELAHIRAN PANDAWA DAN KURAWA
Dretarastra menikah dengan Gendari, sedangkan Pandu menikah dengan Kunti dan Madrim. Pada suatu hari Pandu pergi berburu dan tanpa sengaja membunuh brahmana bernama Kindama yang sedang bersetubuh dengan istrinya dalam wujud kijang. Sebelum mati, Kindama mengutuk Pandu kelak juga mati jika menyentuh istrinya.
Pandu merasa berdosa dan pergi ke hutan untuk bertapa. Kerajaan Hastina dititipkan kepada Dretarastra. Di hutan, Pandu ingin sekali memiliki anak tapi tidak bisa mendekati istrinya. Kebetulan Kunti memiliki mantra memanggil dewa untuk mendapat restu supaya bisa hamil tanpa disentuh suami. Pandu setuju. Pertama, Kunti mengundang dewa Darma. Anak pertama Pandu pun lahir dan diberi nama Yudistira. Sementara itu di Hastina, Gendari melahirkan segumpal daging. Karena kecewa, daging itu lalu dibanting dan pecah menjadis seratus potong. Wyasa datang dan mendoakan daging-daging itu supaya bisa berubah menjadi bayi normal.
Dua tahun kemudian, Pandu meminta Kunti mengundang dewa Bayu. Maka, Kunti kembali hamil atas restu Bayu. Anak kedua Pandu pun lahir dan diberi nama Bima. Kelahirannya bersamaan dengan berubahnya salah satu potongan daging di Hastina menjadi bayi normal yang diberi nama Duryudana.
Dua tahun kemudian, Pandu meminta Kunti mengundang dewa Indra. Maka, Kunti kembali hamil atas restu Indra. Anak ketiga Pandu pun lahir dan diberi nama Arjuna. Kelahirannya bersamaan dengan berubahnya potongan daging kedua di Hastina menjadi bayi normal yang diberi nama Dursasana.
Selanjutnya Kunti mengajarkan ilmu memanggil dewa kepada Madrim. Pandu meminta Madrim memanggil dewa Aswin kembar. Maka, Madrim pun melahirkan bayi kembar yang diberi nama Nakula dan Sadewa.
Kelahiran si kembar bersamaan dengan berubahnya sisa-sisa potongan daging di Hastina menjadi bayi normal, sehingga jumlah bayi yang ada lengkap seratus orang. Mereka adalah anak-anak Dretarastra dan Gendari yang kemudian disebut Kurawa. Sementara kelima anak Pandu disebut Pandawa.
Karena Dretarastra buta, maka keseratus anaknya pun diserahkan kepada adik Gendari bernama Sengkuni untuk diasuh. Sengkuni yang sakit hati karena Gendari dinikahkan dengan orang buta memanfaatkan hak asuh itu untuk menghancurkan keluarga Barata.
MASA BERGURU
Pada suatu hari Pandu melihat Madrim baru saja mandi sehingga hasratnya bangkit. Maka, begitu ia menyentuh Madrim, kutukan Kindama pun menjadi kenyataan. Pandu meninggal seketika. Madrim yang merasa berdosa ikut bunuh diri. Kunti kemudian membawa kelima Pandawa kembali ke Hastina.
Sejak kedatangan Pandawa di Hastina, Sengkuni selalu menghasut Kurawa agar membenci mereka, terutama kepada Duryudana. Maka seringkali terjadi pertengkaran-pertengkaran kecil antara Duryudana dan Bima.
Pandawa dan Kurawa kemudian berguru ilmu agama dan kenegaraan kepada Krepa. Pada suatu hari saudara ipar Krepa yang bernama Drona juga datang ke Hastina dan diterima bekerja sebagai guru ilmu perang.
Ketika Pandawa dan Kurawa sudah cukup dewasa dan dinyatakan lulus dari pendidikan, Drona menggelar pertunjukan di Hastina untuk mempertontonkan kehebatan para pangeran itu. Setelah acara usai, Drona mengumumkan bahwa muridnya yang terbaik adalah Arjuna. Pada saat itulah muncul seorang pemanah sakti bernama Karna yang menantang Arjuna.
Kunti yang duduk di bangku penonton mengenali Karna sebagai anak sulungnya. Sebelum bertemu Pandu, Kunti pernah mengundang dewa Surya dan mendapatkan anak bernama Karna itu. Karena belum bersuami, Kunti pun malu dan membuang bayi Karna ke sungai, sampai akhirnya terbawa arus dan ditemukan kusir kereta Dretarsatra yang bernama Adirata.
Kini Karna muncul dan menantang Arjuna. Drona melarang Karna tampil karena ia tidak jelas asal-usulnya. Duryudana yang tidak suka kepada Pandawa segera menolong Karna. Ia meminta ayahnya untuk memberi Karna kedudukan terhormat. Dretarastra setuju dan mengangkat Karna menjadi raja Angga. Sejak saat itulah terjalin persahabatan sehidup semati antara Duryudana dan Karna.
PEMBAKARAN PANDAWA
Tibalah saatnya Dretarastra mengumumkan siapa yang akan menjadi ahli waris Hastina. Yudistira lebih tua dan lebih bijaksana sehingga terpilih sebagai calon raja. Duryudana yang sakit hati pura-pura setuju, tapi bersama Sengkuni menyusun rencana membunuh Pandawa. Pihak Kurawa kemudian membangun gedung indah di Waranawata sebagai tempat tinggal Pandawa untuk menyepi sebelum Yudistira menjadi raja. Widura mengetahui rencana licik itu. Ia pun memberi pesan kepada Yudistira supaya bersiap dan mengirimkan orang untuk membangun terowongan rahasia di bawah tanah.
Pada malam yang ditentukan, Kurawa pun membakar gedung di Waranawata. Tapi Pandawa dan Kunti lebih dulu lolos melalui terowongan rahasia. Kebetulan ada seorang ibu bersama lima anak laki-lakinya yang ikut menginap di gedung itu. Akibatnya, merekalah yang menjadi korban. Mayat mereka ditemukan Kurawa dan dikira mayat Pandawa dan Kunti. Dretarastra yang sedih akhirnya menunjuk Duryudana menjadi ahli warisnya.
Sementara itu Pandawa dan Kunti hidup di hutan sebagai brahmana. Banyak pengalaman yang mereka dapatkan, antara lain Bima menikah dengan raksasi Arimbi yang kemudian melahirkan Gatutkaca. Kemudian Bima membunuh raksasa pemakan manusia bernama Baka.
SAYEMBARA DRUPADI
Drupada adalah raja Pancala yang bermusuhan dengan Drona. Ia merasa iri melihat Drona memiliki anak laki-laki bernama Aswatama dan ratusan murid yang setia. Sementara dirinya hanya memiliki seorang anak banci bernama Sikandi. Maka, Drupada pun mengadakan upacara pemujaan, sehingga lahirlah dua anak yang langsung dewasa, bernama Drupadi dan Drestadyumna. Drupada kemudian mengirim Drestadyumna supaya berguru kepada Drona. Drona tahu kalau Drupada mempersiapkan Drestadyumna untuk membalaskan sakit hati kepadanya. Namun, Drona tidak menolak saat Drestadyumna datang memohon supaya diterima sebagai murid.
Sementara itu, Drupadi menjadi perempuan tercantik di dunia. Drupada mengadakan sayembara memanah untuk mencari menantu. Sayembara itu hampir dimenangkan Karna, tetapi Drupadi menolak menjadi istri seorang anak kusir. Arjuna yang menyamar brahmana datang dan mengikuti sayembara dan berhasil memenangkan Drupadi.
Arjuna membawa Drupadi pulang menemui ibunya. Saat itu Kunti sedang memasak. Arjuna bercanda dengan mengatakan bahwa ia pulang membawa sedekah terbaik. Tanpa menoleh, Kunti langsung memerintahkan agar sedekah itu dibagi lima seperti biasa. Namun ia terkejut setelah tahu kalau sedekah yang dimaksud ternyata seorang istri.
Saat itulah Kresna dan Baladewa datang. Mereka adalah keponakan Kunti. Kresna mengatakan bahwa sudah takdir kalau Drupadi harus bersuami lima, karena dulu pernah berdoa menginginkan suami yang sabar, adil, perkasa, tampan, sakti, pandai, dan bijaksana. Sifat-sifat itu tidak mungkin dimiliki seorang saja dan hanya ada pada Pandawa berlima. Maka, Drupadi pun dinikahi para Pandawa secara bersama-sama.
Comments
Post a Comment