Peninggalan Benteng Zaman Kolonial Belanda di Muara Tembesi beserta Penjara Tahanan






A. Sejarah Benteng Tembesi
Benteng tembesi adalah sebuah benteng peninggalan pemerintah kolonial Belanda yang terdapat di kabupaten Batanghari kecamatan Muara Tembesi. Benteng tersebut di bangun pada masa penjajahan belanda pada tahun 1916, setelah berhasil menguasai Muara Tembesi pada Tahun 1903. Belanda menjalankan aktivitas militer dan  pemerintahan di Kecamatan Muara Tembesi. Tujuanya untuk menjadi basis pertahanan militer guna menghancurkan dan membunuh sultan Thaha Saifuddin beserta pasukanya yang telah mundur dan bertahan di salah satu Desa  Muara Tebo. Benteng ini merupakan pusat pemerintahan kolonial Belanda di Jambi pada masa penjajahan dahulu.  Bukti-bukti fisik berupa sisa-sisa bangunan yang sudah rapuh masih terang-benderang terlihat disini, walaupun para pelaku sejarah sangat sedikit ditemukan.
Benteng Tembesi awalnya didirikan sebagai tempat kediaman dan  perkantoran  para kaum elit Belanda yang berada di Jambi. Namun karena letaknya yang strategis ini  tempatnya yang tinggi,  benteng ini pun dijadikan tempat  bagi Belanda untuk mengintai musuh-musuhnya. Setelah kemerdekaan 17 Agustus 1945,  benteng ini berubah menjadi asrama bagi Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang berjuang ketika itu. Beberapa rumah kuno yang menjadi bagian dari benteng Belanda ini telah berpindah-pindah tuan.  Jepang sempat merebut benteng tersebut pada Tahun 1942 setelah mengalahkan Belanda.  Namun pada saat Jepang kalah perang,  TNI kembali merebut benteng ini seiring dengan kemerdekaan 17 Agustustus. Benteng Tembesi peninggalan belanda tidak dibangun seperti layaknya benteng-benteng lain yang terbuat dari bata atau batu-batu yang disusun sebagai tempat bertahan dari serangan musuh. Benteng Tembesi justru terbuat dari kayu-kayu keras yang ada di  kecamatan Tembesi. Kayu yang digunakan untuk membuat rumah-rumah dalam kompleks benteng tersebut berasal dari pohon Tembesu dan Bulian, dua jenis pohon khas kabupaten Batanghari. Sehingga daerah ini kemudian dinamakan dengan pasar Muara Tembesi kompleks benteng peninggalan Belanda. Alas benteng tersebut tidak dibangun seperti benteng-benteng yang lain adalah karena tujuan utamanya pembangunan benteng hanya  untuk dijadikan kantor pemerintahan kolonial belanda. Pada saat itu seluruh tempat di provinsi Jambi hampir dikuasai oleh tentara belanda.
Benteng tembesi terdiri dari beberapa bangunan yang dibangun untuk kepentingan pemerintah belanda, diataranya yaitu:
1.      Rumah sebagai tempat tinggal orang-orang belanda
2.      Bekas penjara  kolonial belanda
3.      Gedung bioskop pemerintah Kolonial belanda
4.      Sumur tempat mengubur para tentara pejuang
5.      Gedung persenjataan belanda
6.      dan bangunan-bangunan pendukung lainnya
B. Benteng Saksi Bisu Perjuangan dan Penyerahan Kedaulatan
Muara Tembesi jatuh ketangan pemerintah belanda pada Tahun 1903, ditandai dengan mundurnya sultan Taha Saifuddin kewilayah Tebo. Sejak saat itu kecamatan Muara Tembesi menjadi basis langsung serta pusat pemerintahan kolonial Belanda. Belanda akhirnya membangun tempat itu sebuah benteng sekaligus kantor pemerintahan pada tahun 1916 yang bertujuan mengendalikan seluruh gejolak perjuangan diwilayah Jambi. Setiap para pejuang yang menentang pemerintah belanda akan dijebloskan kedalam penjara bahkan di eksekusi dengan cara dibunuh. Penderitaan dan kesengsaraan terus menerus dirasakan oleh penduduk dan para pejuang. Setelah gugurnya sultan Taha Saifuddin, perjuangan melawan belanda tidak lagi teroganisir dengan baik dibandingkan dengan saat sultan Taha Saiffudin masih memimpin. Keadaan yang berat dibawah penjajahan pemerintahan Belanda berlangsung sampai pada tahun 1942. Pada Tahun 1942, Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang dan benteng Tembesi dikuasai oleh tentara Jepang. Penderitaan rakyat Batanghari di bawah penjajahan Jepang lebih berat dibandingkan ketika Belanda yang menduduki benteng tersebut. Semua pejuang dan tentara republik yang tertangkap oleh tentara Jepang dimasukan kedalam sumur yang ada dalam benteng tersebut.
Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945, menandai berkhirnya kekejaman tentara Jepang di Muara tembesi dan sekitarnya. Tentara Keamanan Rakyat (TKR) menyerang dan merebut benteng tersebut kemudian menjadikanya sebagai basis pertahanan serta asrama bagi para tentara pejuang. Seluruh pasukan Jepang mundur tanpa ada yang tersisa satupun di benteng tersebut. Pada saat agresi militer Belanda II, ke seluruh wilayah republik Indonesia, benteng Tembesi kembali di kuasai oleh tentara belanda. Mereka mengusir seluruh tentara keamanan rakyat dari benteng tersebut .
Keberhasilan upaya diplomatik yang dilakukan pemerintah pusat ikut berdampak pada keadaan di wilayah Muara Tembesi. Pasar Tembesi yang menjadi kompleks benteng Tembesi dikembalikan kepada pemerintah Republik Indonesia oleh pemerintah Belanda. Penerima pengembalian tempat tersebut dilaksanakan langsung oleh Muhammad Hatta sebagi wakil presiden republik Indonesia saat itu. Beliau menemui langsung pimpinan militer yang bertugas di kawedanan Muara Tembesi, dalam bahasa belanda tempat tersebut dikenal dengan istilah kontrouler. Setelah terjadinya penyerahan kedaulatan oleh pemrintah belanda, kawasan benteng disekitar pasar tebmbesi yang menjadi pusat pemeritahan yang ruang lingkupnya sangat luas.
Penyerahan kedaulatan dilaksanakan dengan sebuah upacara yang dilaksanakan di kawedanan. Kawedanan juga dijadikan tempat penyerahan kedaulatan seluruh wilayah sumatera dari pemerintah belanda kepada pemerintah Republik Indonesia. Saat ini  Kawedanan  digunakan hanya digunakan sebagai kantor Lembaga Perwakilan Masyarakat. Dengan kekayaan nilai historis salah satu bangunan di kompleks benteng Tembesi yang menjadi saksi penyerahan kedaulatan seluruh wilayah sumatera seharusnya tempat ini menjadi destinasi strategis napak tilas wisata sejarah yang berharga di Indonesia. Benteng tembesi yang menjadi saksi bisu kekejaman Belanda dan Jepang terhadap rakyat Batanghari sudah sepantasnya menjadi bangunan yang dikenang sepanjang masa oleh seluruh generasi penerus bangsa. Bagaimana mungkin tempat yang demikian berarti dahulu bagi kelangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini dengn mudahnya dilupakan tanpa ada rasa terima kasih sedikitpun.

2.3 Benteng Tembesi Sebagai Kawasan Wisata Sejarah yang Strategis
Kelurahan Pasar Muara Tembesi letak benteng Tembesi berada, terlisensi administratif di kecamatan Muara Tembesi Kabupaten Batanghari. Berada sekitar 22 kilometer dari Ibukota kabupaten Muara Bulian dan 85 kilometer dari pusat provinsi Jambi. Aksesnya bisa ditempuh dengan melewati Jalan Lintas Sumatera. Kelurahan ini dilewati oleh aliran sungai Batanghari, sungai terpanjang di pulau Sumatera. Disekitar  kawasan benteng, sungai batanghari yang dari dua arah berubah menjadi satu. . Sungai dari arah kanan  kabupaten Sarolangun dan Bangko, dan dari arah kiri kabupaten Bungo dan Tebo. Keadaan ini jelas sangat menguntungkan keberadaan benteng Tembesi sebagai kawasan wisata sejarah. Keberadaan sungai batanghari menambah lengkap keindahan suasana ditempat itu.
Kabupaten Batanghari  merupakan salah satu kabupaten yang miskin akan tempat pariwisita, baik wisata alam maupun buatan. Berdasarkan data dinas kebudayaan dan pariwisata kabupaten batanghari tidak ada satupun tempat di daerh ini yang dapat menjadi kawasan tujuan wisata. Dengan adanya keberadaan benteng Tembesi diharapakn dapat merubah dan menambah daya tari untuk kabupaten Batanghari. Kekayaan nilai sejarah yang dikandung benteng tembesi dapat dioptimalkan sebagai kawasan wisata sejarah yang ada di kabupaten batanghari khususnya kecamatan Muara Tembesi.
Letak yang strategis dikelilingi oleh kabupaten lain di povinsi Jambi seharusnya menjadi alasan yang sangat tepat bagi pemerintah Daerah kabupaten Batanghari untuk mengembangkan sisa peninggalan sejarah kemerdekaan ini menjadi sebuah kawasan wisata sejarah perjuangan. Kawasan ini dapat menjadi wahana pendidikan dan pengetahuan bagi para pelajar, akademisi, masyarakat luas untuk mengetahui sejarah yang terjadi ditingkat lokal namun bersifat nasional. Jika kawasan benteng Tembesi di optimalkan melalui mekanisme pengaturan yang baik dapat menjadi sumber pendapatan daerah di sektor pariwisata pemerintah daerah kabupaten Batanghari.

Comments

Popular posts from this blog

Pendekatan Otoriter, Intimidasi dan permisiif

Hati-hati Dompet dari Kulit babi dan aksesoris tas yang bahannya dari kulit babi