Makna Gaul dan Akibat Salah Gaul
Makna Gaul
Sebagai makhluk homosicious atau makhluk sosial manusia saling bergantung satu sama lain. Tidak ada manusia yang mampu hidup menyendiri. Pergaulan dengan sesamanya adalah suatu keharusan. Firman Allah SWT,”Wahai manusia! Sesungguhnya Aku ciptakan kalian laki-laki dan perempuan, menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan kelompok-kelompok agar kamu satu sama lain saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah adalah yang bertakwa di antara kalian. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal“(QS. Al-Hujarat: 13).Ayat ini dengan tegas memerintahkan agar kita pandai bergaul karena dengan pergaulan itu akan bertambah relasi, ilmu dan wawasan. Namun pergaulan yang dimaksud tentu saja pergaulan yang positif. Imam Syafi’i pernah mengingatkan “Siapa yang bergaul dengan yang baik dia akan baik, sebaliknya yang bergaul dengan yang jelek akan ikut jelek”. Petuah ini mengisyaratkan pergaulan besar pengaruhnya dalam pembentukan karakter seseorang. Salah gaul salah pula jalan hidup.Ayat-ayat dan hadist-hadist yang terkait dengan pergaulan sangat banyak. Ini menunjukkan Islam sangat menganjurkan pergaulan terutama sesama Muslim. Jadi masalah gaul bukan hal aneh dalam Islam.Akibat Salah GaulPara remaja khususnya para ukhti, sering mengucapkan kata yang tidak semestinya ia ucapkan. Semisal dalam buku”Jilbab Seksi“karangan Abu Al-Ghifari, setelah beliau menerbitkan buku yang berjudul”Kudung Gaul”banyak respon dari para ukhti, respon-respon itu bervariasi. Ada yang melalui E-mail, sms dll. Mereka dengan entengnya mengucapkan,”Ini tubuh gua, kenapa lo pikirin?” sungguh disayangkan ucapan ini keluar dari lisan remaja Muslimah, bukannya berterima kasih kepada beliau yang telah mewartakan pesan dari Allah SWT dan nabi Muhammaad SAW secara gamblang, jelas, dan akurat. Semoga ukhti yang mengucapkan demikian diberi Hidayah oleh Allah SWT, dan untuk ukhti yang masih ragu menggunakan jilbab semoga diberikan keikhlasan dan kesabaran untuk menggunakannya. Amien.Sedangkan salah satu komentar yang dilayangkan kepada Abu Al-Ghifari berbunyi”Kita perlu gaul, fanky gitu lho” cenderung gaul dalam arti negatif. Gaul dalam kalimat itu bisa berarti ikut-ikutan tak perduli yang diikutunya adalah setan. Saat ini yang lagi trend adalah gaya berpakaian dan berekspresi ala Yahudi, banyak remaja Islam yang merasa menjadi remaja gaul dengan mengikuti gaya-gaya mereka. Padahal Rasulullah pernah mengingatkan “Siapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk golongan mereka”. Maukah kita dikatakan Yahudi? Tentu tidak.Allah SWT bahkan memperingatkan kita:“Hai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu ambil teman kepercayaanmu orang-orang yang diluar kalanganmu (orang Kafir,Yahudi dan Nasrani), karena mereka tidak henti-hentinya menimbulkan kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkanmu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi.”(QS.Ali-Imran: 118).Dalam pada itu Rasulullah SAW memprediksikan. Sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Said Al-Khudri ra. katanya: Rasulullah SAW. bersabda: “Kamu telah mengikuti kelakuan orang-orang sebelum kamu sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta. Sehingga ketika mereka masuk dalam lubang biawak kamu tetap mengikutinya. Kami bertanya: Wahai Rasulullah, apakah yang baginda maksudkan itu adalah orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani? Baginda bersabda: Kalau bukan mereka, siapa lagi?”(HR.Bukhari, Muslim dan Ahmad).Amatlah bodoh orang yang tahu akan dibawa ke lubang biawak namun tetap saja merasa bangga, dengan mengikuti cara berpakaian orang-orang Yahudi dan Nasrani. yang oleh para remaja Muslim khususnya ukhti menganggap dengan mengikuti cara berpakaian mereka kita termasuk pada golongan remaja gaul. Sungguh anggapan yang salah kaprah. Ingat! Kita tengah digiring oleh Yahudi ke jurang yang curam, maka waspadalah!.Sekali lagi, kepada Muslimah-muslimah dan Jilbaber-jilbaber jangan merasa malu menunjukkan identitas kalian sebagai muslimah, karena berjilbab adalah sarana untuk bergaul atau berkomonikasi dengan dunia luar, banggalah dengan hal itu, bangga karena Allah bukan karena sombong atau pun congkak. Semua akan kembali pada diri kita sendiri, bila seorang lelaki berusaha menjamah tubuh ukhti atau memperhatikan ke seksian tubuh ukhti sewaktu di jalan maupun di tempat umum lainnya. Siapakah yang salah dalam hal itu?. Begitupun sebaliknya bila ukhti memakai jilbab sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh syar’i, pasti lelaki-lelaki nakal itu tidak akan melecehkan para wanita khususnya muslimah, malah sebaliknya kewibawaan dan keanggunan yang akan terlihat oleh lelaki-lelaki nakal itu, mereka akan enggan menyapa atau hanya sekedar mengerdipkan mata, lelaki-lelaki itu berbuat demikian bukan karena benci pada wanita berjilbab, tapi karena takut kepada Allah SWT.
Comments
Post a Comment