Latar Belakang Pedagogis

BAB I
PENDAHULUAN
A.    DASAR PEMIKIRAN
1.      Latar Belakang Pedagogis
Upaya untuk meningkatkan mutu dan hasil pendidikan, mendorong UNESCO (1988) mendeklarasikan empat pilar pembelajaran yaitu : (1) Learning to know (pembelajaran untuk tahu), (2) Learning to do (pembelajaran untuk berbuat), (3) Learning to be (pembelajaran untuk membangun jati diri), (4) Learning to live together (pembelajaran untuk hidup bersama secara harmonis).
Pada learning to live together dalam bidang ilmu sosial dan humaniora menjadikan ilmu tersebut sebagai alat untuk mengkaji fenomena dan problema sosial serta budaya yang terjadi sehingga seseorang mampu memecahkan masalah sosial dan budaya tersebut. Oleh karena itu mahasiswa diharapkan menjadi pribadi anggota keluarga dan masyarakat yang baik sesuai dengan nilai-nilai pandangan hidup bangsanya.

2.      Dasar Yuridis
Dalam UU no 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 40 ayat1 butir e dikemukakan bahwa : “pendidikan dan tenaga kependidikan berhak memperoleh kesempatan menggunakan sarana, prasarana, dan fasilitator pendidikan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan tugas“ pasal ini memberi peluang kepada dosen untuk meningkatkan kualitas pembelajarannya dengan dukungan sarana,prasarana,fasilitas yang memadai.
Perubahan peran dosen tersebut, berhubungan erat dengan Visi Mata Kuliah Berkehidupan Bermasyarakat (MBB) di perguruan tinggi, seperti tercantum dalam keputusan Dirjen Depdiknas RI no 38 Tahun 2002 pasal 1 yang menyatakan bahwa : ”Mahasiswa memiliki landasan pengetahuan, wawasan,dan keyakinan sebagai bekal hidup bermasyarakat selaku individu dan makhluk sosial yang beradab serta tanggung jawab terhadap sumber daya alam dan lingkungannya” dan juga berhubungan dengan misi MBB pasal 2 yaitu : “Memberikan dasar-dasar nilai estetika dan moral pada mahasiswa serta memberikan panduan bagi penyelenggara pendidikan dalam mengantar mahasiswa untuk mengembangkan pemahaman serta penguasaannya”.
B.     VISI,MISI,TUJUAN,DAN BAHAN ISBD
Visi ISBD yaitu : ”Mahasiswa selaku individu dan makhluk sosial yang beradab memiliki landasan pengetahuan wawasan, serta keyakinan untuk bersikap kritis, peka,dan arif dalam menghadapi persoalan sosial dan budaya yang berkembang di masyarakat.
Misi ISBD yaitu :
1. Memberikan pengetahuan dan wawasan tentang keragaman,kesetaraan dan    
     martabat manusia sebagai individu dan makhluk sosial.
2.    Memberikan dasar-dasar nilai estetika, etika, moral, hukum dan budaya.
3.    Mampu bersikap kritis, analitis,dan responsif untuk memecahkan masalah     sosial dan budaya secara arif di masyarakat.

Tujuan ISBD yaitu:
1. Mengembangkan kesadaran mahasiswa untuk menguasai pengetahuan tentang dan kesetaraan manusia sebagai individu dan makhluk sosial.
2. Menumbuhkan sikap kritis, peka, arif pada mahasiswa dalam memahami dan    memecahkan masalah.
3. Memberikan landasan pengetahuan dan wawasan yang luas serta keyakinan  kepada mahasiswa sebagai bekal hidup bermasyarakat.


ISBD sebagai pendidikan umum, terdapat enam pola makna, yaitu :
1. Makna simbolik meliputi bahasa,matematika,termasuk juga isyarat,upacara,
     tanda-tanda kebesaran, dan sebangsanya.
2. Makna empirik mencakup ilmu keamalan,hayati,kemanusiaan.
3. Makna estetika meliputi berbagai seni seperti musik, karya seni, kesenian, dll.
4. Makna sinoetik berkenaan dengan perasaan, kesan, penghayatan dan kesadaran       yang mendalam.
5. Makna etik berkenaan dengan perasaan, aspek moral, akhlak, perilaku yang  luhur, tanggung jawab.
6. Makna sinoptik berkenaan dengan pengertian yang terpadu dan mendalam seperti agama, filsafat, pengetahuan sejarah, dan hal-hal bernuansa spritual.
C.     PENTINGNYA PENDEKATAN INTERDISIPLINER DALAM ISBD
Pentingnya pendekatan interdisipliner diharapkan agar mahasiswa dapat melihat masalah sosial dan budaya secara lebih luas dan komprensif. Sehingga dikemudian hasil dapat berperan serta memecahkan masalah-masalah sosial. Namum apa yang diharapkan tersebut akan sulit tercapai jika menggunakan pendekatan monodisiplin, artinya menggunakan disiplin tertentu dalam ilmu-ilmu sosial dan budaya secara terpisah. Tetapi perlu menggunakan pendekatan multidisiplin secara integratif untuk memecahkan masalah sosial dan budaya, karena hakikat masalahnya komplek sehingga memerlukan kajian dari berbagai disiplin ilmu, baik secara terpadu dalam mengkaji suatu masalah maupun crossdisipliner ( penggunaan duadisiplin dari sudut pandang yang berbeda ) atau transdisipliner ( penggunaan berbagai disiplin ilmu dari sudut pandang yang berbeda ) untuk mengkaji suatu masalah.

Penggunaan pendekatan multidisiplin bisa menggunakan pendekatan struktural, yaitu beberapa disiplin ilmu sosial atau budaya digunakan sebagai alat untuk mengkaji masalah,tetapi sistematika salah satu struktur disiplin tertentu masih dominan sebagai pisau analisisnya, karena masalah yang dikaji sangat erat dan banyak kaitannya dengan disiplin tertentu, sedangkan ilmu-ilmu lain sebagai penunjang analisisnya.
Atau menggunakan pendekatan fungsional, yaitu pembelajaran yang bertitik tolak dari masalah yang terdapat dalam masyarakat atau masalah sosial dan budaya dimana mahasiswa terlibat secara langsung. Atau pendekatan interfield, yaitu bertitik tolak dari ruang lingkup yang luas.
D.    BEBERAPA ALTERNATIF MODEL PEMBELAJARAN ISBD
Bila pendekatan multidisiplin atau interdisipliner digunakan dalam ISBD, maka metode ceramah, tanya jawab, dan diskusi harus digunakan secara bervariasi sesuai dengan kebutuhan interaksi kelas.
Beberapa model pembelajaran yang sekarang ini digunakan untuk mengaplikasikan kurikulum berbasis kompetensi seperti Model pembelajaran portofolio dan Model pembelajaran kontekstual.
E.     PROSES PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO
1.      Pengertian
Model pembelajaran berbasis portofolio merupakan pembelajaran yang melibatkan mahasiswa secara efektif dan kooperatif mulai dari menentukan solusi permasalahan sehingga dia mampu menilai dan mempengaruhi kebijakan umum dari hasil temuannya.
2.      Langkah - Langkah Pembelajaran
Langkah pembelajaran berbasis portofolio ( D.Budimansyah.2002 ) meliputi kegiatan sebagai berikut :

a. Mengidentifikasi masalah
b. Menilai masalah untuk kajian kelas
c. Mengumpulkan informasi tentang masalah yang akan dikaji oleh kelas
d. Mengembangkan portofolio kelas
e. Penyajian portofolio
f. Kriteria penilaian portofolio















BAB II
MANUSIA DAN KEBUDAYAAN
A.    PENGERTIAN
Budaya adalah bentuk Jamak dari kata budi dan daya yang berarti cinta,karsa dan rasa. Kata budaya berasal dari bahasa sansekerta budhayah yaitu bentuk jamak dari kata buddhi yang berarti budi atau akal.
1.  E.B.Taylor, budaya adalah suatu keseluruhan kompleh yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral keilmuan, hukum, adat dan kemampuan yang lain serta kebiasaan yang di dapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
2. R.Linton, kebudayaan dapat dipandang sebagai konfigurasi tingkah laku yang dipelajari dan hasil tingkah laku yang dipelajari.
3. Koentjaraningrat, mengartikan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, milik diri manusia dengan belajar.
4. Selo soemardjan dan soelaeman soemardi, mengatakan bahwa kebudayaan adalah semua hasil karya,rasa,dan cipta manusia.
5. Herkovits, kebudayaan adalah bagian dari lingkungan yang diciptakan oleh manusia.
B.     PERWUJUDAN KEBUDAYAAN
Kebudayaan dibagi kedalam 3 wujud yaitu :
1. Wujud sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma dan peraturan.
2. Wujud kebudayaan sebagai suatu komplek aktivitas serta tindakan berpola pada manusia dalam masyarakat.
3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
C.     SUBTANSI (ISI) UTAMA BUDAYA
1.    Sistem Pengetahuan
Sistem pengetahuan yang dimiliki manusia sebagai makhluk sosial merupakan
suatu akumulasi perjalanan hidupnya dalam hal berusaha memahami :
a. Alam sekitar
b. Alam flora di daerah tempat tinggal
c. Alam fauna di daerah tempat tinggal
d. Zat-zat bahan mentah dan benda-benda dalam lingkungannya
e. Tubuh manusia
f. Sifat dan tingkah laku sesama manusia
g. Ruang dan waktu
2.    Nilai
Nilai adalah sesuatu yang baik yang selalu diinginkan, di cita-citakan dan dianggap penting oleh seluruh manusia sebagai anggota masyarakat. Karena itu, sesuatu dikatakan memiliki nilai apabila berguna dan berharga ( nilai kebenaran ), indah ( nilai estetika ), baik ( nilai moral atau etis ), religius ( nilai agama ).
3.    Pandangan Hidup
Merupakan pedoman bagi suatu bangsa atau masyarakat dalam atau mengatasi berbagai masalah yang dihadapinya. Oleh karena itu pandangan hidup merupakan nilai-nilai yang dianut oleh suatu masyarakat yang dipilih secara selektif oleh individu, kelompok atau bangsa.

4.    Kepercayaan
Kepercayaan yang mengandung arti yang lebih luas dari pada agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Pada dasarnya manusia yang memiliki naluri untuk menghambakan diri kepada yang maha tinggi yaitu dimensi lain diluar diri kepada yang Maha tinggi dan lingkungannya, yang dianggap mampu mengendalikan hidup manusia.
5.    Persepsi
Persepsi ialah suatu titik tolak pemikiran yang tersusun dari seperangkat kata-kata yang digunakan untuk memahami kejadian atau gejala dalam kehidupan.
Persepsi terdiri atas : 1.) Persepsi sensorik, yaitu persepsi yang terjadi tanpa menggunakan salah satu indra manusia, 2.) Persepsi telepati, yaitu kemampuan pengetahuan kegiatan mental individu lain, 3.) Persepsi clairvoyance, yaitu kemampuan melihat peristiwa atau kejadian di tempat lain, jauh dari tempat orang yang bersangkutan.
6.    Etos Kebudayaan
Etos atau jiwa kebudayaan ( dalam antropologi ) berasal dari bahasa inggris berarti watak khas. Etos sering tampak pada gaya perilaku masyarakat. Misalnya, kegemaran-kegemaran warga masyarakat, serta berbagai benda budaya hasil karya mereka, dilihat dari luar oleh orang asing.
D.    SIFAT-SIFAT BUDAYA
Sifat hakiki dari kebudayaan tersebut antara lain :
1. Budaya terwujud dan tersalurkan dari perilaku manusia.
2. Budaya telah ada terlebih dahulu daripada lahirnya suatu generasi tertentu dan tidak akan mati dengan habisnya usia generasi yang bersangkutan.
3. Budaya diperlukan oleh manusia dan diwujudkan dalam tingkah lakunya.
4.  Budaya mencakup aturan-aturan yang berisikan kewajiban-kewajiban, tindakan-tindakan yang dilarang dan tindakan-tindakan yang diizinkan.
E.     SISTEM BUDAYA
Sistem budaya merupakan komponen dari kebudayaan yang bersifat abstrak dan terdiri dari pikiran-pikiran, gagasan, konsep, serta keyakinan dengan demikian sistem kebudayaan yang dalam bahasa indonesianya lebih lazim disebut adat istiadat. Dalam sistem budaya ini terbentuk unsur-unsur yang paling berkaitan satu dengan lain.
Unsur pokok kebudayaan ( Bronislaw Malinowski ):
Ø  Sistem norma yang memungkinkan kerjasama antar anggota masyarakat di dalam upaya menguasai alam sekelilingnya.
Ø  Organisasi ekonomi
Ø  Alat-alat dan lembaga pendidikan
Ø  Organisasi kekuatan.
Jenis kebudayaan dapat dikelompokkan menjadi :
1. Kebudayaan material, antara lain hasil cipta, karsa yang berwujud benda, alat dsb
2. Kebudayaan non-material, antara lain volkways ( norma kelaziman ), mores (norma kesusilaan ), norma hukum, dan mode ( fashion ).
Kebudayaan dapat dilihat dari dimensi wujudnya yaitu : 1.) sistem budaya, 2.) sistem sosial, 3.) sistem kebendaan.
F.      MANUSIA SEBAGAI PENCIPTA DAN PENGGUNA KEBUDAYAAN
Tercipta atau terwujudnya suatu kebudayaan adalah sebagai hasil interaksi antara manusia dengan segala isi alam raya ini. Manusia memiliki kemampuan daya antara lain akal, intelegensia dan intuisi, perasaan dan emosi, kemauan, fantasi, dan perilaku. Hasil karya manusia menimbulkan teknologi yang yang mempunyai kegunaan utama dalam melindungi manusia terhadap lingkungan alamnya. Kebudayaan juga memberikan aturan bagi manusia dalam mengolah lingkungan dengan teknologi hasil ciptaannya.
G.    PENGARUH BUDAYA TERHADAP LINGKUNGAN
Beberapa variabel yang berhubungan dengan masalah kebudayaan dan lingkungan :
1. Physical Environment, menunjuk pada lingkungan natural seperti : temperatur, cuaca, iklim, wilayah, geografis, flora dan fauna.
2. Cultural Social Environment, meliputi aspek-aspek kebudayaan beserta proses sosialisasinya, seperti : norma, adat istiadat dan nilai.
3.  Environment Orientation and Representation, mengacu pada persepsi dan kepercayaan kognitif yang berbeda pada setiap masyarakat mengenai lingkungan.
4.  Environment Behavior and Process, meliputi bagaimana masyarakat menggunakan lingkungan dalam hubungan social.
5. Out Carries Product, meliputi hasil tindak manusia seperti membangun rumah, kota, dsb.
H.    PROSES DAN PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN
Proses pengembangan kebudayaan adalah dengan adanya kontrol atau kendali terhadap perilaku reguler ( yang tampak ) yang ditampilkan oleh pengamat kebudayaan.




I.       PROBLEMATIKA KEBUDAYAAN
1.  Hambatan budaya yang berkaitan dengan pandangan hidup dan sistem kepercayaan.
2. Hambatan budaya yang berkaitan dengan perbedaan persepsi yang dapat terjadi antara masyarakat dan pelaksana pembangunan.
3. Hambatan budaya berkaitan dengan faktor psikologi atau kejiwaan.
4. Masyarakat yang terasing dan kurang komunikasi dengan masyarakat luar.
5. Sikap tradisionalisme yang berprasangka buruk terhadap hal-hal baru.
6.  Sikap tradisionalisme adalah sikap yang mengagungkan budaya suku bangsanya sendiri dan menganggap rendah budaya suku bangsa lain. 
7. Perkembangan IPTEK sering disalahgunakan oleh manusia.
J.       PERUBAHAN KEBUDAYAAN
Ada lima faktor yang menjadi penyebab perubahan kebudayaan yaitu :
1. Perubahan lingkungan alam
2. Perubahan yang disebabkan adanya kontak dengan suatu kelompok
3. Perubahan karena adanya penemuan
4.  Perubahan yang terjadi karena suatu masyarakat / bangsa mengadopsi, kebudayaan bangsa lain
5. Perubahan yang terjadi karena suatu bangsa memodifikasi cara hidupnya dengan pengetahuan atau kepercayaan baru, atau karena perubahan dalam pandangan hidup dan konsepsinya tentang realitas.


BAB III
MANUSIA DAN PERADABAN
A.   PENGERTIAN
Ø  Bierens De Hann. Peradaban adalah bidang kehidupan untuk kegunaan yang praktis.
Ø  Oswald Spengl (1880-1936). Peradaban ialah kebudayaan yang sudah tidak tumbuh lagi sudah mati.
Ø  Prof.Dr.Koentjaraningrat. Peradaban ialah bagian kebudayaan yang sudah halus dan indah seperti kesenian.
Suatu masyarakat yang telah mencapai tahapan peradaban tertentu dari kebudayaan, berarti telah mengalami evolusi kebudayaan yang lama dan bermakna sampai pada tahap tertentu yang diakui tingkat IPTEK dan unsur-unsur budaya lainnya. Dengan demikian, masyarakat tersebut dapat dikatakan telah mengalami proses perubahan sosial yang berarti sehingga taraf kehidupannya makin komplek.
B.   HAKIKAT HIDUP MANUSIA
Karena tiap kebudayaan berbeda namun pada dasarnya memiliki hakikat yang sama yaitu :
Ø  Tersalurkan dan terwujud lewat perilaku manusia
Ø  Sudah ada sejak lahirnya generasi dan tetap ada setelah pengganti mati
Ø  Diperlukan manusia yang diwujudkan lewat tingkah laku
Ø  Berisi aturan yang berisi kewajiban, tindakan yang diterima atau tidak, larangan dan pantangan.

C.   PERADABAN DAN PERUBAHAN SOSIAL
1.      Pengertian dan Cakupan Perubahan Sosial
Setiap perubahan yang terjadi dalam struktur masyarakat atau perubahan dalam organisasi sosial disebut perubahan sosial. Sedangkan perubahan kebudayaan mengarah pada perubahan unsur-unsur kebudayaan yang ada. Namun perubahan sosial dengan perubahan kebudayaan memiliki satu aspek yang sama yaitu keduanya bersangkutan paut dengan suatu penerimaan cara-cara baru atau suatu perbaikan cara masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya.
Ruang lingkup perubahan sosial mencakup unsur-unsur kebudayaan yang materil maupun immaterial dengan menekan bahwa pengaruh yang besar dari unsur immaterial.
2.      Teori dan Bentuk Perubahan Sosial
a.       Teori Sebab Akibat ( cansation problem )
1.)    Analisis Dialektis
Analisis perubahan sosial yang menelaah syarat-syarat dan keadaan yang mengakibatkan terjadinya perubahan dalam suatu sistem masyarakat.
2.)    Teori Tunggal Mengenai Perubahan Sosial
 Teori tunggal menerangkan sebab-sebab perubahan sosial atau pola kebudayaan dengan menunjukkan kepada satu faktor penyebab.
b.      Teori Proses atau arahan perubahan sosial
1.)    Teori Evolusi Unilinear ( Garis Lurus Tunggal)
Teori ini berpendapat bahwa manusia dan masyarakat mengalami perkembangan sesuai dengan tahapan tertentu, semula dari bentuk sederhana kemudian yang komplek sampai pada tahap yang sempurna.
2.)    Teori Multilinear
Teori ini tidak mengenal hukum, tetapi teori ini lebih memerhatikan tradisi dalam kebudayaan dan dari berbagai daerah menyeluruh meliputi bagian-bagian tertentu.

D. TEORI-TEORI MENGENAI PEMBANGUNAN, KETERBELAKANGAN, DAN KETERGANTUNGAN

1.      Teori Depedensi ( ketergantungan )
Teori ini menjadi titik tolak penyesuaian ekonomi terbelakang pada sistem dunia, sedemikian rupa sehingga menyebabkan terjadinya penyerahan sumber penghasilan daerah ke pusat, sehingga mengakibatkan perekonomian daerah menjadi terbelakang.
Bentuk-bentuk perubahan sosial :
Ø  Perubahan yang terjadi secara lambat dan cepat
Ø  Perubahan yang pengaruhnya kecil dan besar
Ø  Perubahan yang dikehendaki dari perubahan yang tak di inginkan.

2.  Penyebab perubahan
a.       Faktor Intern
Ø  Bertambah dan berkurangnya penduduk
Ø  Adanya penemuan baru
Ø  Konflik dalam masyarakat
Ø  Pemberontakan dalam tubuh manusia

b.      Faktor Ekstern
Ø  Faktor alam yang ada di sekitar masyarakat yang berubah
Ø  Pengaruh kebudayaan lain melaui kontak kebudayaan antara dua masyarakat atau lebih yang memiliki kebudayaan yang berbeda.

3.      Keseimbangan
Keseimbangan sosial merupakan situasi dimana segenap lembaga sosial berfungsi dan saling menunjang.
E.    MODERNISASI
1.      Konsep Modernisasi
Modernisasi masyarakat adalah suatu proses transformasi yang mengubah : Bidang ekonomi, dan bidang politik.
Modernisasi menurut Cyril Edwin Black yaitu rangkaian perubahan cara hidup manusia yang kompleks dan saling berhubungan merupakan bagian pengalaman yang universal dan yang dalam banyak kesempatan merupakan harapan bagi kesejahteraan manusia.
Menurut Koentjaningrat, modernisasi merupakan usaha penyesuaian hidup dengan kontelasi dunia sekarang ini.
2.      Syarat-Syarat Modernisasi
Ø Cara berpikir ilmiah yang institutionalized dalam kelak penguasa maupun masyarakat
Ø Sistem administrasi yang baik yang benar-benar mewujudkan birokrasi
Ø Adanya sistem pengumpulan data yang baik dan teratur yang terpusat pada lembaga tertentu
Ø Tingkat organisasi yang tinggi
Ø Sentralisasi wewenang dalam pelaksanaannya
 3. Ciri-Ciri Modernisasi
Ø Kebutuhan materi dan ajang persaingan kebutuhan manusia
Ø Kemajuan teknologi dan industrialisasi, individualisasi, sekularisasi, diferensiasi dan akuiturasi
Ø Banyak memberikan kemudahan bagi manusia
Ø Melahirkan teori baru, dll


F.    PERADABAN INDONESIA DI TENGAH MODERNISASI DAN GLOBALISASI
Arus modernisasi dan globalisasi adalah sesuatu yang pasti terjadi dan sulit untuk dikendalikan, terutama karena begitu cepatnya informasi yang masuk keseluruh belahan dunia, yang memberikan pengaruh bagi seluruh bangsa di dunia termasuk indonesia.
Indonesia menghadapi kewajiban ganda, yaitu disatu pihak melestarikan warisan budaya bangsa dan di pihak lain, membangun kebudayaan nasional yang modern.














BAB IV
MANUSIA SEBAGAI INDIVIDU DAN MAKHLUK SOSIAL
A.  INDIVIDU DAN MASYARAKAT
1.      Manusia Sebagai Makhluk Individu
Dalam bahasa latin individu berasal dari kata individum, artinya tak berbagai. Manusia sebagai makhluk individu memiliki unsur jasmani dan rohani, unsur fisik dan psikis, unsur jiwa dan raga. Seseorang dikatakan manusia individu manakala unsur-unsur tersebut sudah tidak menyatu lagi maka seseorang tidak disebut lagi sebagai individu.
Seorang individu adalah perpaduan antara faktor genotipe dan fenotipe. Faktor genotipe adalah faktor yang dibawa individu sejak lahir, ia merrupakan faktor keturunan, di bawa individu sejak lahir. Faktor fenotipe yaitu ciri fisik dan karakter atau sifat yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
2.      Manusia Sebagai Makhluk Sosial
Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, dikarenakan pada diri manusia ada dorongan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain.
Cooley berpendapat bahwa looking-glass self terbentuk melalui 3 tahap. Pada tahap pertama seseorang mampunyai persepsi mengenai pandangan orang lain terhadapnya. Pada tahap berikutnya seseorang mempunyai persepsi mengenai penilaian orang lain terhadap penampilannya. Pada tahap ketiga seseorang mempunyai perasaan terhadap apa yang dirasakannya sebagai penilaian orang lain terhadapnya itu.
Menurut Mead, pengembangan diri seseorang / manusia berlangsung melalui tahap play stage, game stage, dan generalized other.
Pada tahap play stage, seorang anak kecil mulai belajar mengambil peranan orang-orang yang ada disekitarnya.
Pada tahap game stage, seorang anak sudah mengetahui peranan yang harus dijalankan oleh orang lain dengan siapa ia berinteraksi.
Pada tahap generalized other, seseorang telah mampu berinteraksi dengan orang lain di dalam masyarakat karena telah memahami peranannya sendiri serta peranan orang lain dengan siapa ia berinteraksi.
3.      Manusia Sebagai Makhluk yang Berhubungan dengan Hidup
Berkenaan hubungan antara manusia dengan alam, paling tidak ada 3 paham, yaitu paham determinisme, posibilisme, dan optimisme teknologi. Determinisme alam menempatkan manusia sebagai makhluk yang tunduk pada alam, alam sebagai faktor yang menentukan.
Pada perkembangan dan kemajuan IPTEK seperti sekarang ini, seolah-olah penerapan serta pemanfaatannya itu memberikan kemungkinan terhadap apa kemampuan manusia memanfaatkan alam lingkungan. Sehingga dapat berkembang pandangan posibilisme optimis teknologi yang secara optimis memberikan kemungkinan kepada penerapan teknologi dalam memecahkan masalah hubungan manusia dengan alam lingkungan.
Kemajuan dan penerapan teknologi telah membawa kemajuan pemanfaatan sumber daya alam bagi kepentingan pembangunan yang menjadi penopang kesejahteraan manusia.
B.  PENGERTIAN MASYARAKAT DAN CIRI-CIRINYA
Masyarakat merupakan kelompok atau kolektivitas manusia yang melakukan antar hubungan, sedikit banyak bersifat kekal, berlandaskan perhatian dan tujuan bersama, serta telah melakukan jalinan secara berkesinambungan dalam waktu yang relatif lama. Salah satu unsur masyarakat lainnya yang melekat yaitu adanya kebudayaan yang dihasilkan oleh masyarakat tersebut.

Jadi masyarakat adalah kumpulan orang yang didalamnya hidup bersama dalam waktu yang cukup lama yang memiliki kesadaran bahwa mereka merupakan satu kesatuan dan menciptakan nilai,norma dan kebudayaan bagi kehidupan mereka.
1.      Pengertian Masyarakat Setempat (community) atau komunitas dan Ciri-Cirinya
Komunitas merupakan bagian kelompok dari masyarakat dalam lingkup yang lebih kecil, serta mereka lebih terikat oleh tempat ( teritorial ).
Perasaan bersama antara anggota masyarakat dengan anggota lainnya di dasari adanya persamaan tempat tinggal. Memiliki unsur :
1. Seperasaan : muncul karena anggota komunitas memosisikan dirinya sebagai bagian dari kelompok lain yang lebih besar.
2. Sepenanggungan : muncul karena setiap anggota masyarakat setempat sadar akan peranannya dalam kelompok.
3. Saling memerlukan : muncul karena setiap anggota komunitas tidak bisa memenuhi kebutuhannya tanpa bantuan orang lain.
C.  MASYARAKAT DESA DAN KOTA
Orang di desa mempunyai hubungan yang lebih erat dan mendalam antar sesama warganya. Sistem kehidupan biasanya berkelompok, atas dasar kekeluargaan. Penduduk masyarakat desa pada umumnya hidup dari pertanian atau nelayan. Pekerjaan bertani biasanya dilakukan bersama-sama, karena biasanya satu keluarga saja tidak cukup untuk melakukan pekerjaan tersebut. Sehingga timbullah kebiasaan dalam masyarakat yang namanya gotong royong.
Sebuah kota sering kali ditandai dengan kehidupan yang ramai, wilayahnya yang luas, banyak penduduknya, hubungan yang tidak erat satu sama lain, dan mata pencaharian penduduknya bermacam-macam.
Pembagian kerja pada masyarakat kota sudah sangat terspesialisasi. Begitu pula jenis profesi pekerjaan sudah banyak macamnya ( heterogen ). Satu jenis pekerjaan dengan pekerjaan lainnya ada saling ketergantungan. Saling ketergantungan antara satu anggota masyarakat dengan masyarakat lainnya yang disebabkan karena pekerjaan disebut dengan solidaritas organis.
Di sisi lain, kehidupan orang desa yang memiliki jenis pekerjaan yang sama (homogen) yang sangat menggantungkan pekerjaannya kepada keluarga lainnya. Saling ketergantungan pada masyarakat yang disebabkan karena adanya persamaan bidang pekerjaan disebut dengan solidaritas mekanis.
Ferdinand Tonnies membagi masyarakat menjadi 2 yaitu gemainschaft dan geselschaft. Masyarakat gemainschaft (paguyuban) yaitu kelompok masyarakat dimana anggotanya sangat terikat secara emosional dengan yang lainnya. Masyarakat geselschaft (patembayan) yaitu kelompok masyarakat yang ikatan di antara anggotanya kurang kuat dan bersifat rasional.
D.  INTERAKSI SOSIAL DAN PELAPISAN SOSIAL
I.                   Interaksi Sosial
-   Menurut H.Booner, yaitu hubungan antara dua individu atau lebih, dimana kelakuan individu yang satu memengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya.
-   Menurut Gillin and Gillin, yaitu hubungan-hubungan antara orang-orang secara individual, antar kelompok orang, dan orang perorangan dengan kelompok.

a.    Interaksi Sosial Sebagai Faktor Utama Dalam Kehidupannya
Adapun faktor-faktor yang mendasari berlangsungnya interaksi sosial, yaitu :
1.)    Faktor Imitasi
Salah satu segi positifnya yaitu dapat membawa seseorang untuk mematuhi kaidah-kaidah yang berlaku.

2.)    Faktor Sugerti
Yaitu satu proses dimana seorang individu menerima suatu cara pengelihatan atau pedoman-pedoman tingkah laku dari orang lain tanpa di kritik terlebih dahulu.
-   Autosugesti : Sugesti terhadap diri sendiri yang datang dari diri sendiri.
-   Heterosugesti : Sugesti yang datang dari orang lain.
3.)    Faktor Identifikasi
Berarti dorongan untuk menjadi sama dengan orang lain, baik secara lahiriah maupun batiniah.
4.)    Faktor Simpati
Yaitu perasaan tertariknya orang yang satu terhadap orang yang lain.
b.    Syarat - Syarat Terjadinya Interaksi Sosial
1.) Adanya kontak sosial
2.) Adanya komunikasi
Kontak sosial dapat bersifat primer dan sekunder. Kontak primer terjadi apabila langsung bertatap muka. Sebaliknya sekunder memerlukan perantara.
c.    Bentuk - Bentuk Interaksi Sosial
Bentuk-bentuk interaksi sosial dapat berupa kerjasama, persaingan, dan pertentangan.
1.)  Bentuk Interaksi Asosiatif
a.    Kerjasama, ada 3 bentuk :
-   Barganing, pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang dan jasa antara dua organisasi atau lebih.

-   Cooperation, proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi, sebagai salah satu cara untuk menghindari terjadinya keguncangan dalam stabilitas organisasi yang bersangkutan.
-   Coalition, kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan yang sama.

b.    Akomodasi
Coercion, Compromisme, Arbittation, Mediation, Conciliation, Tolerantion, Stelemate, Adjudiccution.
2.)    Bentuk Interaksi Disasosiatif
a. Persaingan, yaitu bentuk interaksi yang dilakukan oleh individu atau kelompok yang bersaing untuk mendapatkan keuntungan tertentu bagi dirinya dengan cara menarik perhatian atau mempertajam prasangka yang telah ada tanpa menggunakan kekerasan.
b. Kontravensi, ditandai oleh adanya ketidakpastian terhadap diri seseorang, perasaan tidak suka yang disembunyikan dan kebencian terhadap kepribadian orang, akan tetapi gejala tersebut tidak sampai pada pertikaian.
c. Pertentangan, yaitu suatu bentuk interaksi individu atau kelompok sosial yang berusaha untuk mencapai tujuannya dengan jalan menentang pihak lain disertai ancaman dan kekerasan.
E.   STRATIFIKASI SOSIAL DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT
Individu memiliki kemampuan untuk menempatkan diri, dan ditempatkan oleh orang lain dalam suatu lapisan sosial ekonomi tertentu.


Max Weber menjelaskan stratifikasi sosial dalam 3 dimensi, yaitu :
1. Dimensi kekayaan, membentuk kelas
2. Dimensi kekuasaan, membentuk partai
3. Dimensi prestise, membentuk status
Pada setiap kelompok status, kehormatan status dapat dicerminkan dari gaya hidup ( life style ) orang-orang yang menjadi anggotanya. Gaya hidup merujuk pada perbedaan karakteristik dari sekelompok status, didasarkan pada tingkat kehormatan yang dapat di perbandingkan. Sedangkan peluang hidup (life chance) ditandai oleh perbedaan kelas ekonomi yang ditandai oleh peranan individu dalam produksi.
Adapun 5 kelompok dimensi gaya hidup, yaitu:
1.) Dimensi Morfologi, merujuk pada lingkungan dan aspek geografis
2.) Hubungan sosial dan jaringan kerja
3.) Penekanan bidang kehidupan
4.) Makna gaya hidup
5.) Dimensi simbolik (style)







BAB V
MANUSIA, NILAI, MORAL, DAN HUKUM
A.  HAKIKAT NILAI MORAL DALAM KEHIDUPAN MANUSIA
1.    Nilai dan Moral Sebagai Materi Pendidikan
Ada beberapa bidang filsafat yang berhubungan dengan cara manusia mencari hakikat sesuatu, salah satu diantaranya yaitu aksiologi, bidang ini disebut filsafat nilai, yang memiliki 2 kajian utama yaitu etika dan estetika. Estetika berhubungan dengan keindahan, sementara etika berhubungan dengan kajian baik buruk dan benar salah.
Kata etika bisa dipakai dalam arti nilai dan norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau sekelompok dalam mengatur tingkah lakunya.
Etika berarti juga kumpulan asas atau nilai moral,yang dimaksud disini adalah kode etik.
Etika berarti ilmu tentang yang baik dan yang buruk. Artinya sama dengan filsafat moral.
2.    Nilai Moral di Antara Pandangan Objektif dan Subjektif Manusia
Manusia sebagai makhluk yang bernilai akan memaknai nilai dalam dua konteks, pertama akan memandang nilai sebagai sesuatu yang objektif, apabila dia memandang nilai itu ada, meskipun tanpa ada penilainya, bahkan memandang nilai telah ada sebelum adanya manusia sebagai penilai. Baik buruk atau benar salah bukan hadir karena hasil persepsi atau penafsiran manusia,tetapi ada sebagai sesuatu yang ada dan menuntun manusia dalam kehidupannya.
Pandangan kedua memandang nilai itu subjektif, artinya nilai sangat tergantung pada subjek yang menilainya. Jadi nilai tidak ada tanpa adanya penilaian.


3.    Nilai di Antara Kualitas Primer dan Sekunder
Kualitas menentukan tinggi rendahnya derajat suatu objek. Kualitas primer yaitu kualitas dasar yang tanpa itu objek tidak dapat menjadi ada. Sedangkan kualitas sekunder yaitu kualitas yang dapat ditangkap oleh panca indra. Jadi hadirnya kualitas primer merupakan kepastian. Sedangkan kualitas sekunder merupakan bagian eksistensi objek tetapi kehadirannya sangat tergantung subjek penilai. Jadi manusia dikatakan baik atau buruk oleh subjek tidak mengubah manusia menjadi hal lain.
4.    Metode Menemukan dan Hierarki Nilai dalam Pendidikan
Nilai memiliki hierarki, yaitu :
-   Menampilkan diri dalam aspek positif dan negatif yang sesuai.
-   Tersusun secara hierarki, yaitu hierarki urutan pentingnya.
Nicholas Rescher yang menyatakan klasifikasi nilai menjadi 6 yang di dasarkan atas : pengakuan , objek yang dipermasalahkan, keuntungan yang diperoleh, tujuan yang akan dicapai, hubungan antara pengembang nilai dengan keuntungan, dan hubungan yang dihasilkan nilai itu sendiri dengan hal lain yang lebih baik.
Max Scheller menyebutkan hierarki nilai terdiri dari nilai : kenikmatan, kehidupan kejiwaan, dan kerohanian.
Notonegara membagi hierarki nilai : nilai material, vital dan kerohanian. Di Indonesia hierarki nilai dibagi 3 : nilai dasar, instrumental, dan nilai praksis.
Dalam posisi hierarki nilai ini, pendidikan pada hakikatnya merupakan upaya membantu peserta didik untuk menyadari nilai-nilai yang dimilikinya, dan berupaya memfasilitasi mereka agar terbuka wawasan dan perasaannya untuk memiliki dan meyakini nilai yang lebih hakiki, dan merupakan kebenaran yang dihormati sebagai manusia yang beradap.

5.    Pengertian Nilai
1.)    Menurut Cheng : sesuatu yang potensial.
2.)    Menurut Frankena : nilai dalam filsafat dipakai untuk menunjuk kata benda
abstrak
3.)    Menurut Lasyo : landasan atau motivasi dalam segala tingkah laku atau perbuatannya.
4.)    Menurut Arthur W.Camb : kepercayaan yang di genetalisir.
5.)    Menurut Jack R.Fraenkel : sesuatu yang dianggap penting oleh seseorang dalam hidup.
6.)    Menurut Charles R.Knikker : sekelompok sikap yang menggerakkan  perbuatan yang dengan sengaja menolak perbuatan.
7.)    Menurut Dardji Darmodihardjo : yang berguna bagi kehidupan jasmani dan rohani manusia
8.)    Menurut Encyclopedia Britanica : kualitas objek yang menyangkut jenis apresiasi atau minat.

6.    Makna Nilai bagi Manusia
Setiap individu harus memahami nilai dan kebernilaian dirinya, sehingga dia akan menempatkan diri secara bijak dalam pergaulan hidup serta akan mengakui dan bijak terhadap nilai dan kebernilaian orang lain dalam pergaulan bermasyarakat.
B.   PROBLEMATIKA PEMBINAAN NILAI MORAL
1.    Pengaruh Kehidupan Keluarga Dalam Pembinaan Nilai Moral
Persoalan merosotnya intensitas dalam keluarga, serta terputusnya komunikasi yang harmonis antara orang tua dengan anak, mengakibatkan merosotnya fungsi keluarga dalam pembinaan nilai moral anak. Keluarga bisa jadi malah menambah kebingungan nilai bagi anak. Dalam posisi seperti inilah institusi pendidikan perlu memfasilitasi  peserta didik untuk melakukan klarifikasi nilai.

2.    Pengaruh Teman Sebaya Terhadap Pembinaan Nilai Moral
Kumpulan kepercayaan yang dimiliki anak akan membentuk sikap yang dapat mendorong untuk memiliki atau menolak sesuatu pertemanan yang paling berpengaruh timbul dari teman sebaya, karena diantara mereka relatif lebih terbuka, dan intensitas pergaulannya relatif sering, baik di sekolah maupun dilingkungan masyarakat.
3.  Pengaruh Figur Otoritas Terhadap Perkembangan Nilai Moral Individu
Lembaga pendidikan perlu mengupayakan agar peserta didik mampu menemukan nilai dirinya tanpa harus bertentangan dengan nilai-nilai yang hidup dan berkembang di masyarakat.
4.    Pengaruh Media Komunikasi Terhadap Nilai Moral
Jika anak dipenuhi oleh kebingungan nilai, maka institusi pendidikan perlu mengupayakan jalan keluar bagi peserta didik dengan pendekatan klarifikasi nilai.
5.    Pengaruh Otak atau Berpikir Terhadap Perkembangan Nilai Moral
Pendidikan tentang nilai moral yang menggunakan pendekatan berpikir dan lebih berorientasi pada upaya untuk mengklarifikasi nilai moral sangat dimungkinkan bila melihat eratnya hubungan antara berpikir dengan nilai itu sendiri, meskipun diakui bahwa ada pendekatan lain dalam pendidikan nilai yang memiliki orientasi yang berbeda.
6.    Pengaruh Informasi Terhadap Perkembangan Nilai Moral
Informasi berpengaruh terhadap sistem keyakinan yang dimiliki oleh individu, baik diterima secara keseluruhan, sebagian atau tidak semuanya, namun informasi itu akan menguatkan keyakinan yang telah ada pada individu tersebut. Apabila informasi itu diterima individu dan mengubah atau menguatkan keyakinan, maka akan terbentuklah sikap yang akan menghasilkan standar atau prinsip yang bisa dijadikan alat ukur sebuah tindakan. Prinsip dan standar tersebut yang disebut dengan nilai.
C.   MANUSIA DAN HUKUM
Dalam konteks hubungan dengan sesama, perlu adanya keteraturan sehingga setiap individu dapat berhubungan secara harmonis dengan individu lain disekitarnya. Untuk terciptanya keteraturan tersebut diperlukan aturan yaitu hukum. Hukum dalam masyarakat merupakan tuntutan. Hukum yang baik adalah hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup  dalam masyarakat, yang sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat tersebut.
D.  HUBUNGAN HUKUM DAN MORAL
Hukum dapat memiliki kekuatan jika dijiwai oleh moralitas. Kualitas hukum terletak pada bobot moral yang menjiwainya. Menurut K.Bertens, perbedaan hukum dan moral yaitu :
1. Hukum lebih dibukukan secara sistematis dari pada moralitas.
2. Hukum membatasi diri hanya pada tingkah laku lahiriah, sedangkan moralitas juga menyangkut sikap batin seseorang.
3. Hukum dapat dipaksakan, pelanggar akan terkena hukumannya, sedangkan sanksi dibidang moralitas adalah hati nurani yang tidak tenang.
4. Hukum didasarkan oleh kehendak masyarakat kemudian atas kehendak negara. Moralitas didasarkan pada norma-norma sosial moral yang melebihi para individu dan masyarakat.






BAB VI
MANUSIA, KERAGAMAN, DAN KESEDERAJATAN
A.  MAKNA KERAGAMAN DAN KESEDERAJATAN
1.    Makna Keragaman
Keragaman adalah suatu kondisi dalam masyarakat dimana terdapat perbedaan-perbedaan dalam bidang suku bangsa dan ras, agama dan keyakinan, ideologi, adat istiadat, adat kesopanan, serta situasi ekonomi.
2.    Makna Kesederajatan
Kesederajatan adalah suatu kondisi dimana dalam perbedaan dan keragaman yang ada, manusia tetap memiliki satu kedudukan yang sama.
B.  UNSUR-UNSUR KERAGAMAN DALAM MASYARAKAT INDONESIA
1.    Suku Bangsa dan Ras
Suku bangsa yang menempati wilayah indonesia sangat beragam. Perbedaan ras muncul karena adanya pengelompokan besar manusia yang memiliki ciri-ciri biologis lahiriahyang sama.
2.    Agama dan Keyakinan
Pada dasarnya agama dan keyakinan merupakan unsur penting dalam keragaman bangsa indonesia yang terlihat dari banyaknya agama yang diakui di indonesia
3.    Ideologi dan Politik
Ideologi membantu untuk lebih memperkuat landasan moral bagi sebuah tindakan. Politik bermakna usaha untuk menegakkan ketertiban sosial.


4.    Tata Krama
Tata krama dibentuk dan dikembangkan oleh masyarakat dan terdiri dari aturan yang kalau dipatuhi akan tercipta interaksi sosial yang tertib dan teratur dalam masyarakat yang bersangkutan.
5.    Kesenjangan Sosial
Masyarakat indonesia adalah masyarakat yang majemuk dengan bermacam-macam pangkat dan strata sosial yang hierarkis. Yang dapat dilihat dengan adanya penggolongan orang berdasarkan kasta. Hal ini yang dapat menimbulkan kesenjangan sosial yang dapat membahayakan kerukunan masyarakat.
C.  PENGARUH KERAGAMAN TERHADAP KEHIDUPAN BERAGAMA BERMASYARAKAT, BERNEGARA, DAN KEHIDUPAN GLOBAL
Berdirinya negara indonesia dilatar belakangi oleh masyarakat yang majemuk, baik secara etnis, geografis, kultural, maupun religius. Adanya masalah yang tercipta yang menggoyahkan persatuan dan kesatuan bangsa dari kemajemukan tersebut :
1. Disharmonisasi, adalah tidak adanya penyesuaian atas keragaman antara manusia dengan lingkungannya.
2. Perilaku deskriminatif terhadap etnis atau kelompok masyarakat tertentu.
3. Keyakinan terhadap ras/sukunya lebih tinggi dari ras/suku orang lain.
Keterbukaan, kedewasaan sikap, pemikiran global yang bersifat inklusif, serta kesadaran kebersamaan merupakan modal terwujudnya bangsa bersatu, menyatu dalam keragaman



D.  PROBLEMATIKA DESKRIMINASI
Faktor penyebab deskriminasi yaitu :
1.)    Persaingan dalam berbagai bidang kehidupan, terutama ekonomi.
2.)    Tekanan dan intimidasi terhadap kelompok golongan yang lebih lemah.
3.)    Ketidakberdayaan golongan miskin/rendah.
4.)    Kegagalan kepemimpinan, krisis ekonomi, krisis politik, krisis sosial, demoralisasi tentara dan polisi, dan intervensi asing.
Manusia Beradab dalam Keragaman
Realitas keragaman budaya membawa konsekuensi munculnya persoalan antar budaya, yang mempengaruhi dinamika kehidupan bermasyarakat, oleh sebab itu manusia yang beradab harus bersikap terbuka dan melihat semua perbedaan dalam keragaman yang ada, menjunjung tinggi nilai kesopanan dan tidak menjadikan keragaman sebagai kekayaan bangsa, dan alat pengikat persatuan seluruh masyarakat.
Faktor-faktor terjadinya perubahan sosial budaya :
1. Faktor yang berasal dari luar masyarakat : Akulturasi, difusi, penetrasi, invasi, asimilasi, hibridinasi dan milenarisasi.
2. Faktor yang berasal dari dalam masyarakat : sistem pendidikan yang maju, menghargai hasil karya orang lain, adanya keterbukaan dalam masyarakat, adanya toleransi, dan penduduk yang heterogen.





BAB VII
MANUSIA, SAINS, TEKNOLOGI, DAN SENI
A.    PENGERTIAN
1.    Sains
Yang dimaksud ilmu sains adalah ilmu yang dapat diuji kebenarannya dan dikembangkan secara bersistem dengan kaidah-kaidah tertentu sehingga pengetahuan yang dipedomani tersebut boleh dipercayai, melalui eksperimen secara teori.
2.     Konsep Teknologi
Teknologi berasal dari kata techne dan logia. Kata Yunani Kuno techne berarti seni kerajinan, kemudian lahirlah kata technikos yang berarti orang yang mempunyai keterampilan tertentu.
a.) Teknologi modern
b.) Teknologi madya
c.) Teknologi tradisional
3.    Seni
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, seni adalah keahlian membuat karya yang bermutu.
B.    MAKNA SAINS, TEKNOLOGI, DAN SENI BAGI MANUSIA
1.      Perkembangan Teknologi
Perkembangan teknologi memberikan kemudahan, misalnya dengan teknik modern dapat dibuat bermacam-macam media pendidikan seperti OHP. Pengetahuan dan teknologi memungkinkan terjadinya perkembangan keterampilan dan kecerdasan manusia.

2.      Iptek dan Nilai
Dalam menghadapi perkembangan IPTEK, masyarakat indonesia harus memiliki kemampuan untuk beradaptasi dan memanfaatkannya.
C.    MANUSIA SEBAGAI SUBJEK DAN OBJEK IPTEK
Berkat kemajuan IPTEK, manusia dapat menciptakan alat serta perlengkapan yang canggih untuk berbagai kegiatan sehingga mendapat berbagai kemudahan. Hasilnya dapat dimanfaatkan dalam bidang :
1.) Pertanian, peternakan, dan perikanan
2.) Kedokteran dan kesehatan
3.) Telekomunikasi
4.) Pertahanan dan keamanan
D.    DAMPAK PENYALAHGUNAAN IPTEK BAGI KEHIDUPAN
Dampak negatif yang disebabkan oleh kemajuan IPTEK :
1.) Nuklir
2.) Polusi
- Pencemaran air dan tanah
- Pencemaran udara
- Pencemaran suara
- Pencemaran sosial dan budaya
3.) Klonasi / kloning
4.) Efek rumah kaca.

BAB VIII
MANUSIA DAN LINGKUNGAN
A.    PENGERTIAN MANUSIA DAN LINGKUNGAN
1.    Pengertian Manusia
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan dengan segala fungsi dan potensinya yang tunduk kepada aturan hukum alam, mengalami kelahiran, pertumbuhan dan seterusnya, serta berinteraksi dengan alam dan lingkungannya dalam sebuah hubungan timbal balik baik positif maupun negatif.
2.    Pengertian Lingkungan
Lingkungan adalah suatu media dimana makhluk hidup tinggal, mencari penghidupannya, dan memiliki karakter serta fungsi yang khas secara timbal balik dengan makhluk hidup yang menempatinya.
B.     KORELASI ANTARA MANUSIA DAN LINGKUNGAN
1.    Pengertian Ekologi
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungannya.
2.    Lingkungan Hidup Manusia
Komponen biotik pada umumnya merupakan faktor lingkungan yang mempengaruhi makhluk hidup diantaranya : tanah, udara, air, cahaya, suhu,. Sedangkan komponen abiotik diantaranya: produsen, konsumen, dan pengurai. Selain itu, di dalam lingkungan terdapat faktor : rantai makanan, habitat yang memiliki tempat hidup tertentu dengan keadaan tertentu, habitat yang memiliki tempat hidup tertentu dengan keadaan tertentu, populasi, komunitas, dan biosfer.


C.     PENGARUH MANUSIA PADA ALAM LINGKUNGAN HIDUPNYA
Perubahan alam lingkungan hidup manusia akan berpengaruh baik secara positif maupun negatif, karena manusia mendapatkan keuntungan dari perubahan tersebut maka berpengaruh, dan berpengaruh tidak baik karena dapat mengurangi kemampuan alam lingkungan hidupnya menyongkong kehidupannya.
D.    SUMBER ALAM
-          Sumber alam yang dapat diperbarui ( sumber alam biotik ). Makhluk hidup, hutan, hewan, dan tumbuhan.
-          Sumber alam yang tidak dapat diperbarui ( sumber alam abiotik ) : tanah, air, bahan galian, mineral, dan bahan tambang lainnya.

1.    Penggunaan Sumber-Sumber Alam
a.  Pertanian dan Tanah
Dengan adanya kemajuan dalam bidang pertanian penggunaan tanah dapat digunakan secara efisien untuk meningkatkan hasil pertanian.
b. Hutan
Hutan dapat digolongkan menjadi 2 yaitu : hutan pelindung, merupakan hutan yang sengaja diadakan untuk melindungi tanah dari erosi, kehilangan humus, dan air tanah. Hutan produksi yaitu hutan yang di sengaja ditanami jenis-jenis kayu yang dapat dipungut hasilnya.
c.  Air
Sumber alam yang terdapat dimana-mana.
d. Bahan Tambang
Harus digunakan dengan tepat dan hemat karena merupakan suber daya alam yang tidak dapat diperbarui.

E.     PERMASALAHAN YANG TIMBUL
1. Masalah erosi dan banjir
2. Pencemaran lingkungan
a. Pencemaran tanah
b. Pencemaran air
c. Pencemaran udara
d. Pencemaran suara
3. Kehutanan
F.      IPTEK DAN KELESTARIAN HIDUP
1.      Pandangan Baru terhadap Lingkungan
Kerusakan Lingkungan oleh aktivitas manusia sudah semakin meningkat. Pemanasan global pada akhir abad ke-20 telah menimbulkan:
a.) peningkatan suhu
b.) perubahan iklim
c.) peningkatan intensitas dan kualitas badai
d.) kenaikan suhu serta permukaan air laut.
2.      Dampak Perkembangan dan penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi serta Perubahan Sosial Ekonomi terhadap Masalah Lingkungan Hidup.
Dampak positif bagi lingkungan hidup :
a.)    Bidang Industri
- Perluasan lapangan kerja
- Perkembangan industri bertambah baik
- Berkembangnya tanaman sebagai bahan baku industri
- Diciptakan mesin daur ulang
- Peningkatan industri ekspor migas dan nonmigas
- Memperoleh devisa dari industri pariwisata
b.)    Bidang Pertanian
- Bertambahnya varietas baru dan unggul
- Peningkatan hasil produksi
- Dipakainya alat modern
- Dikenalnya sistem pemupukan dan obat-obat hama
- Pemberantasan hama dengan pesawat terbang.
Dampak negatif bagi lingkungan hidup :
a.       Bidang lingkungan alam:
- Lahan semakin sempit
- Rusaknya lingkungan alam
- Banjir dan erosi
- Eksploitasi alam

G.    MANUSIA DENGAN LINGKU
NGAN SOSIAL
Lingkungan yang berpengaruh pada manusia sangat bervariasi, sehingga berpengaruh pada perlakuan manusia terhadap lingkungan itu sendiri. Namun, meski variasi itu relatif sama, bisa saja individu yang ada dalam lingkungan yang sama melakukan perlakuan yang berbeda tergantung pada cara pandang terhadap lingkungan, berdasarkan kecerdasan dalam merespon lingkungan, dan kemampuan dia memperlakukan lingkungan.
Meskipun manusia dibekali kecerdasan sebagai potensi yang membuat lebih dari makhluk lain, namun sebagai makhluk alam tetap tunduk pada hukum interaksi perubahan, pertumbuhan dan kerusakan. Sebagai makhluk sosial, ia tunduk pada hukum interaksi dan komunikasi sosial. Dan sebagai makhluk budaya ia tunduk pada hukum adanya kemampuan kreasi serta keterbatasan insani.
Adapun beberapa paham tentang hubungan manusia dengan lingkungan seperti:
1.      Paham kosmogini, yang menyatakan bahwa manusia harus menyesuaikan diri dengan alam.
2.      Paham Determinisme, yang menyatakan bahwa perkembangan manusia sangat ditentukan oleh alam lingkungannya.
3.      Paham Posibilisme, yang menyatakan bahwa alam bukan faktor penentu, tapi faktor pengontrol, peluang atau kemungkinan terjadinya kegiatan dan kebudayaan manusia.
4.      Paham Optimisme Teknologi, manusia merupakan faktor dominan terhadap lingkungan.

5.      Paham Ketuhanan, sesuai dengan keyakinan agama, bahwa manusia dan alam semesta diciptakan oleh Tuhan, manusia bukan penguasa alam,tetapi hanya sekedar pembawa amanat dimuka bumi.

Comments

Popular posts from this blog

Pendekatan Otoriter, Intimidasi dan permisiif

Penilaian dalam bentuk Pendidikan Kewarganegaraan SD